Produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul bersari bebas maupun hibrida. Untuk mendapatkan hibrida yang berpotensi hasil tinggi diperlukan pasangan genotipe (populasi) yang memiliki kelompok heterotik yang berbeda. Dari populasi yang diperbaiki dapat dihasilkan galur yang mempunyai daya gabung yang baik dengan galur dari populasi pasangannya. Pada tahun 1993, Badan Litbang Pertanian telah membentuk pola heterotik dua pasangan populasi, yaitu pasangan Malang Sintetik (MS) J1 dengan J2 versi umur dalam, dan pasangan MS K1 dengan K2 versi umur genjah. Dari kegiatan pada daur ke-1 dan ke-2, selama tahun 1999 ? 2002 telah dilepas tiga varietas unggul jagung bersari bebas dan delapan varietas unggul jagung hibrida dengan potensi hasil 7,60 - 9,00 t/ha. Koefisien kemiripan dan jarak genetik berdasarkan marka molekular (SSR) galur-galur penyusun hibrida Semar 8 ? semar 10 dan Bima-1 sesuai dengan informasi pedigree. Dua galur terbaik sebagai tetua hibrida Bima1 yaitu Mr04 (berasal dari MSJ1) dan Mr14 (berasal dari Suwan3 ~ MSJ2) memiliki potensi sebagai penguji (tester) daya gabung galur-galur yang berasal dari luar kelompok heterotik MSJ1 dan MSJ2. Hibrida silang tunggal (ST) N161 x Mr04 memiliki daya hasil 13,46 t/ha yaitu 123% dan 87% masing-masing di atas hibrida Bima1 dan NK33. Galur-galur yang memiliki daya gabung khusus (DGK) baik dapat diintrogresikan untuk meningkatkan keragaman genetik pasangan populasi MSJ1 dan MSJ2. Untuk jagung bersari bebas, lima daur seleksi berulang berbalasan (SBB) telah dilakukan hingga tahun 2004. Populasi MSJ2C5 memberikan rerata hasil 7,38 t/ha yaitu 16% lebih tinggi dibanding varietas Lamuru (MSJ2C2) atau terjadi kemajuan seleksi sebesar 339 kg/daur.
SUSTAINABLE AGRICULTURE
Senin, 25 April 2016
Rabu, 10 Juni 2015
Penentuan pH tanah (pH H2O dan pH KCl)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penetapan
reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat
faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu
uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah
pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia
tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Bila
konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila
konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH
akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan
tanaman.
Reaksi
tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan
ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat
isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: masam, netral,
dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah
yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan
yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam
pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek
kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Nilai pH
berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan / konsentrasi (H+)
dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+)
maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH dijumpai 3 kemungkinan,
yaitu : masam, netral dan basa (alkali). Kemasaman tanah dibedakan atas
kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+
dan Al3+ yang terjerap pada kompleks jerapan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk
mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
·
Menentukan reaksi atau derajat kemasaman dan
kebasaan suatu tanah.
·
Untuk
mengetahui cara penetapan pH tanah dengan menggunakan pH meter dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah.
·
Mahasiswa mengetahui
cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai informasi apabila dilakukan
penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tanah
merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur
dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang
keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu
faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan
tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah
yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang
mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi
ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan
jumlah bahan pelarut. Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak
yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat
misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan
macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin
masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda
dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid
yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada
kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara
umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik
dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel
tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion
dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim
dkk, 1986).
pH tanah adalah
logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat
dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya
lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya
lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika
tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan,
dkk, 1997).
Larutan mempunyai
pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7
disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau
status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik
(Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh
tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur
beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya
untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan
pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah
atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi
pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH
tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+
dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa
bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air
hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain
itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya
serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi
pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat
mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation
yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi
menimbulkan reaksi masam.
Sistem
tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.
Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+
yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan
netral, pH kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7
menunjukkan keadaan alkalis. (Ganesa Tanah, oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor).
Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:
1. Kemasaman aktif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh
adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.
2. Kemasaman pasif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion
H+ dan Al3+ yang ada pada kompleks jerapan tanah.
BAB III
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium
Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Jambi, Jambi.
Hari/Tanggal :
Kamis, 01 November 2012
Jam :
10.00 – 12.00 WIB
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
Alat: Bahan:
1.
Timbangan 1. Tanah 10 gram
2.
Ayakan 2. KCl 10 ml
3.
Mesin
pengocok (Kottermann 4010) 3.
H2O 10 ml
4.
Tampi
5.
Alas
(kertas)
6.
Tabung
kocok
7.
Pipet
tetes
8.
Labu
ukur
9.
Tabung
reaksi
10.
Kertas label
11.
pH meter
12.
Tissue
13.
Elektroda gelas pH meter
14.
Botol semprot dari palstik
3.3. Cara Kerja
1. Ayak tanah dengan menggunakan ayakan, ambil tanah yang
paling halus.
2.
Kemudian
timbang tanah halus sebanyak 10 gram.
3.
10
gram tanah halus masukkan ke tabung kocok ditambah 10 ml air suling (1:1; yaitu
10 gram tanah dengan pelarut 10 gram).
4.
Kocok
kurang lebih 10 menit dengan mesin pengocok.
5.
Ukur
dengan pH meter (standarisasi dengan pH 4 dan pH 7).
6. Bilas elektroda dengan air suling dan keringkan dengan
tisuue dan siap digunakan untuk sampel lain.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
KELOMPOK
|
pH
H2O
|
pH
KCl
|
pH
MUATAN TANAH (KCl – H2O)
|
I
|
4,94
|
3,94
|
-1,00
|
II
|
4,80
|
3,90
|
-0,90
|
III
|
4,98
|
3,99
|
-0,99
|
IV
|
4,75
|
3,87
|
-0,88
|
V
|
4,15
|
3,90
|
-0,25
|
VI
|
5,04
|
4,02
|
-1,02
|
4.2.
Pembahasan
Dilihat dari pHnya
lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya
lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika
tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia
tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik.
Pada praktikum penentuan pH tanah (pH H2O dan
pH KCl), adapun didapat data hasil setiap kelompok seperti data tabel diatas.
Tanah pada lahan Universitas Jambi merupakan tanah
ultisol yaitu tanah mineral yang pH-nya berada diantara 4-5,5. Pada kelompok
I-V pH H2O dan pH KCl tidak jauh berbeda rata-rata berada pada pH
4-5. Akan tetapi, pada kelompok VI pH H2O = 5,04 dan pH KCl = 4,02 sedikit ada
perbedaan dengan kelompok lain, ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup
tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan
mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida
dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim,
dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme
yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik
yang banyak. Bila asam ini sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak
memberikan H tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini
Juga disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan
jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH
tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+
dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH-
juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih
tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan
sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+
maka tanah akan bersifat basa.
Selain itu, Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah Sistem
tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.Penyebab
keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam
larutan tanah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion
H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan
induk. Bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan
mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik
dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu
bahan organik dan tekstur.
Bahan organik mempengaruhi besar
kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin
banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur
tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas
tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat
berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.
Pada tanah yang masam dalam hal ini tanah ultisol,
pengapuran sangat penting dilakukan, karena tujuan pengapuran adalah
menetralisir kemasaman meniadakan pengaruh Al yang beracun, dan secara langsung
menyediakan Ca bagi tanaman. Dua masalah utama yang melekat pada tanah-tanah
masam bagi suatu tanaman adalah: Keracunan Alumunium, Kejenuhan Al yang lebih
tinggi. Keracunan alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat
pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fospor.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan
yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH
tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam
dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2
tanah.
2.
Penetapan pH tanah dengan digital
pH hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan indikator universal yang
sifatnya kualitatif.
3. Metode penetapan pH dengan cara elektrometrik dapat
dengan menggunakan H2O atau pun KCl.
4. Fungsi dari penambahan H2O adalah untuk
mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi dari penambahan KCl adalah untuk
mengetahui kemasaman potensialnya.
5. pH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH oxizol, baik
pada penembahan dengan H2O maunpun KCl.
6. Berdasarkan penentuan dengan H2O, tanah
ultisol tersebut bersifat sangat masam, dan oxisol cukup masam.
7. Pengukuran pH tanah ultisol dan oxisol dengan larutan
pengekstraksi KCl memberikan nilai pH lebih rendah, yaitu 0,15-0,89 dibanding
dengan yang menggunakan H2O.
8. tingkat kemasaman tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melalui pengaruh ion H dan pengaruh tak langsung, yaitu tidak tersedianya unsur
hara tertentu dan adanya unsur yang beracun.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman N. C
dan Brady C. B. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya
Aksara, Jakarta.
Foth. H. D.
1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press,
Yogyakarta.
Hakim
Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Pairunan,A. K. J.
L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.
Indranada K. Henry.
1994. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Kuswandi.
1993. Pengapuran Tanah
Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Poerwowidodo.
1991. Genesa tanah, Proses
Genesa, dan Morfologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Tan H. Kim.
1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2006. Panduan
Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.
Sabtu, 30 Mei 2015
CARA MENANAM TOMAT DAN PEMELIHARAANNYA
Tomat merupakan buah yang banyak
mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bahkan, kandungan
vitamin C tomat jauh lebih banyak dibandingkan dengan apel atau jeruk.
Akan tetapi, bila kita ingin mendapatkan manfaat yang maksimal dari
tomat, kita harus mengkonsumsi tomat organik. Tidak perlu membelinya,
kita bisa membudidayakan tomat organik dikebun kita sendiri. Berikut
cara budidaya tomat organik.
Pemilihan Bibit
Bibit tomat dapat kita beli di toko-toko
pertanian. Biasanya, mereka menyediakan bibit tomat dalam satu kantong
atau dijual per gram. Bila kita ingin membeli bibit pohon tomat, kita
bisa menggunakan cara ini dalam menentukan banyaknya bibit yang kita
perlukan. Untuk 100 sampai 150 gram bibit, kita bisa menggunakannya
untuk lahan seluas 1 hektar.
Pemilihan Lahan
Tempat untuk menanam tomat organik juga
sangat penting dalam proses untuk membudidayakan tomat organik yang
menghasilkan hasil yang bagus. Untuk tanah yang paling baik
dalam bercocok tanam tomat organik adalah tanah yang tidak berair. Tanah
becek dan mengandung banyak air bisa membuat buah tomat busuk dan gagal
tumbuh sempurna. Selain itu, tanah juga harus mempunyai kadar pH
sebesar 5,5 sampai 6,5. Dan, akan lebih baik, bila lahan yang akan kita
tanami sudah diberi pupuk kandang atau kompos yang akan mempermudah cara
tanam tomat organik anda.
Proses Pembibitan
Proses pembibitan diawali dengan
merendam benih tomat organik dalam 1 liter air yang sudah dicampur
dengan 1 – 10 ml mikroba dan molase. Setelah itu, sediakan polybag yang
diisi dengan tanah dan bokhasi dengan perbandingan 1:1. Masukkan satu
biji benih ke tiap polybag. Pakaikan karung untuk menutupi polybag yang
telah ditanami oleh benih tomat dan taruh ditempat yang teduh. Setelah
bibit mulai tumbuh (sekitar 7 – 10 hari), penutup karung dibuka. Biarkan
benih tomat tumbuh sampai setinggi sekitar 10 cm. Biasanya waktu yang
dibutuhkan untuk ini sekitar 3 minggu. Setelah itu, tomat siap untuk
dipindahkan dan ditanam di lahan yang anda sediakan.
Penanaman
Benih tomat yang tumbuh dan siap untuk
ditanam dipindahkan dari polybag ke tanah yang anda sediakan. Proses
penanaman ini dilakukan pada sore hari agar bibit tomat tidak layu.
Perlu juga diperhatikan cara menanam bibit ini agar bibit tidak rusak.
Pertama, buat lubang di lahan yang akan anda tanami tomat organik.
Pindahkan bibit dari polybag secara perlahan dan jangan sampai akar
tomat muda rusak. Masukkan bibit tomat ke dalam lubang di lahan anda
secara tegak. Tutupi lubang sekitar tomat dengan tanah dan tekan sedikit
agar padat.
Pemeliharaan
Ada beberapa teknik budidaya dan
pemeliharaan yang perlu anda lakukan, agar tomat organik yang anda tanam
menghasilkan buah yang bagus. Yang pertama adalah penyiraman. Tomat
tidak suka terlalu banyak air, jadi, penyiraman sebaiknya dilakukan pada
pagi dan sore hari saja. Penyulaman juga penting untuk dilakukan, agar
tomat dapat tumbuh dengan baik dan menghilangkan bagian yang rusak yang
mengganggu pertumbuhan tomat. Sebaiknya proses ini dilakukan 7 sampai 10
hari setelah bibit dipindahkan dari polybag. Tanaman tomat juga
memerlukan pemasangan ajir. Hal ini dilakukan agar tomat dapat tumbuh
tegak dan mempermudah proses pemanenan. Lakukan proses ini
setelah tanaman tomat berumur 1 minggu. Pasang ajir dan ikat
ujung-ujungnya agar membentuk segitiga. Setelah tomat berumur 3 – 4
minggu, perlu dilakukan proses pengikatan pada ajir. Hal ini perlu
dilakukan seminggu sekali sampai pertumbuhan batang berhenti.
Tunas-tunas baru diketiak daun juga perlu dipangkas agar pertumbuhan
terkonsentrasi pada tunas penghasil buah tomat.
Selanjutnya, perlu juga dilakukan teknik
budidaya perempelan daun. Daun yang mendekati tanah atau terlalu lebat
dipotong agar penerimaan sinar matahari optimal. Pemupukan juga perlu
dilakukan agar tomat mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk
tumbuh. Pupuk yang kita gunakan adalah pupuk organik, seperti pupuk
kandang dan kompos. Perlu juga diberikan pupuk pelengkap cair (PPC)
setiap 10 hari sekali. Selanjutnya adalah proses penyiangan. Proses ini
dilakukan agar tomat tidak terganggu oleh gulma yang tumbuh
disekitarnya. Cara mudah untuk melakukan proses ini, gunakan tangan
untuk mencabuti gulma pengganggu. Dan proses pemeliharaan paling penting
adalah pengendalian hama. Karena kita menggunakan teknik menanam tomat
organik, maka pestisida yang kita gunakan juga harus organik dan aman.
Untuk itu, gunakan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak dan
fermentasi tanaman. Proses penyemprotan pestisida ini sebaiknya
dilakukan pada sore atau malam hari, karena pada waktu itu, hama yang
menyerang tumbuhan tomat sangat aktif.
Panen
Setelah tanaman tomat organik berumur
sekitar 75 hari, proses pemanenan dapat dilakukan. Ada
beberapa tips yang bisa anda pakai untuk memanen tomat. Pertama, pilih
buah yang sudah bewarna kekuningan dan bagian tepi daun dan batang
mongering. Pegang buah dengan ditelapak tangan dan patahkan batang tomat
dengan tangan anda lainnya. Proses ini paling baik dilakukan saat cuaca
cerah dan bisa dilakukan sebanyak 16 kali setiap 3 sampai 4 hari
sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)